Sekarang saya akan bagi pegalaman dalam mengatasi permasalahn siswa. Kita
harus tahu dulu apa permasalahn siswa (diagnose penyakitnya), kemudian
obatnya (solusi, pemecahan masalahnya), solusi yang tepat tentu kita
harus tahu dulu permasalahannya.
Masalahnya adalah untuk mengetahui apa permaslahan siswa adalah hal yang tidak mudah juga bukan hal yang sulit.
pixabay.com |
Untuk membuka agar siswa tersebut mau bercerita kepada kita sebagi gurunya, lakukanlah hal-hal yang tidak terlalu formal. Seperti:
- Langkah awal adalah mengajak siswa mengobrol di lain waktu bisa saat keluar main, atau mengajak dia kekantin, bisa juga selesai kegiatan belajar di sekolah, lakukanlah pendekatan sehingga dia tidak merasa canggung pada guru. Pembicaraan ini menyangkut, asalnya, keluarganya, pekerjaannya setelah sekolah, tentang temannya, tentang kelanjutan pendidikannya ke yang lebih tinggi. Jangan sampai dia tersinggung atau merasa di jebak dengan obrolan itu. Lakukan pertemuan ini beberapa kali sampai terasa siswa itu terbiasa bicara dengan kita. Jangan langsung ke permasalahnnya.
- Setelah itu terjadi ikatan emosonal berupa siswa tidak canggung sama guru. Kemudian ikat dia dengan pembicaraan-pembiscaraan yang menjurus permasalahnnya dengan hati-hati.
- Dengarkan permasalahnnya dengan penuh perhatian.
- Kemuudian dapatkan keterangan tentang permaslahn pribadinya, katakana pada dia kita berteman, guru tidak akan menceritakan ke teman lainnya, hanya kita berdua yang tahu, dan maksud kita ingin menolongnya. Dapatkan keterangan sebanyak-banyaknya.
- Dapatkan referensi tambahan permasalahan dia, dengan menanyakannya pada teman dekatnya, atau teman akrabnya, bahkan sama guru lainnya. Tapi tetap rahasiakan.Simpulkan penyakitnya/permasalahnnya.
- Baru lakukan terapi/mencari solusinya bersama guru BP/BK, orang tua, pihak terkait bila perlu. Apa dan bagaimana untuk membantu siswa tersebut keluar dari maslahnya. Lakukanlah terus tindak lanjutnya di hari-hari berikutnya dengan memantau perkembangan siswa itu sampai tuntas.Cara ini telah saya coba pada siswa saya saat itu di kelas XII. Siswa
saya itu sangat rajin sekolah, ibadahnya rajin sering ukut kegiatan
keagamaan, tapi dari sorot matanya kosong, sering termenung, dan itu
sangat tampak di raut wajahnya. Betul-betul
saya anggap dia itu sebagai teman, kemudian saya ajak ngobrol pertama
kali saat keluar main seputar sekolah, temannya, rumahnya, bahkan saya
tanya juga tentang pacarnya. Pada awalnya ia tidak terus terang, saya
katakana padanya bahwa saya ini teman dia juga, hanya kita berdua yang
tahu, saya bujuk dia, saya jamin rahasia. Kemudian ia mau terbuka dan terus mendengarkannya tanpa saya potong pembicaraannya. Saya terus gali masalahnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak to the point artinya sifat pertanyaanya jauh memutar. Pertanyaan seperti ini jitu yaitu pertanyaannya tidak menjurus ke permasalahannya tapi untuk mengetahui permasalahannya. Misalnya
tanya seputar keadaannya di rumahnya dengan santai sambil bergurau/
kelihatannya kita tidak seriuslah. Alhamdulilah siswa saya itu sembuh,
saya pantau ia mau berkumpul dengan temannya dan ikut ujian nasional dan
selesai pendidikannya.
Yang lebih penting lagi kita dapat membatu mereka dan hal itu sangat menyenangkan dan tak terlupakan terutama di hati mereka.
Tidak ada komentar:
Write comment