Berdasarkan Surat Edaran Kemedikbud Nomor 14 tahun 2019 dimana dalam RPP terdapat tiga komponen wajib yang harus disediakan guru yaitu tujuan pembelajaran, kegiatan, dan penilaian.
Pada artikel update saya kali ini saya akan menyampaikan bagaimana membuat tujuan pembelajaran dalam RPP. Dalam revisi tentang RPP tahun 2017 bahwa tujuan pembelajaran itu dapat disusun dalam bentuk item seperti RPP sebelumnya dan boleh juga guru itu membuat tujuan pembelajaran dalam bentuk deskriptif.
Dalam menyusun tujuan pembelajaran harus terukur sesuai dengan KD nya, menggunakan kata kerja operasional, dan satu perilaku yang diukur. Tujuan pembelajaran sangat penting untuk mengetahui target pembelajaran tercapai atau belum.
Baiknya kita tahu dua ilustrasi berikut!
Ilustrasi 1 :
Seorang ayah memberikan anaknya uang Rp. 150.000,00 kemudian sang Ayah berangkat ke kantor, sang anak sangat senang karena ia akan membeli mainan kesukaannya yaitu mobil-mobilan remote control dan satu keeping CD game kesukaannya. Sepulang dari kantor Ayangnya bertanya kepada anaknya dibelikan apa uang yang diberikan tersebut. Mendengar jawaban anaknya yang tidak atau kurang tepat sang Ayah marah.
Dalam ilustrasi diatas sang Ayah tidak memiliki tujuan dalam memberikan anaknya uang sehingga anak sulit memprediksi untuk apa ayahnya memberikan uang sehingga anak membelanjakan uang tersebut secara bebas menurut penafsiran si anak.
Ilustrasi 2 :
Sang Ayah menyuruh anaknya kembali untuk membelikan sabun mandi. Sampai di pasar bingung nama sabun apa yang harus dibeli karena ayahnya tidak memberi tahu nama sabun yang akan dibelinya. Tetapi si Anak tetap membeli sabun untuk sang Ayah. Ternyata sampai di rumah sabun yang dibeli sang anak bukanlah sabun keinginan/ksukaan sang Ayah. Sekali lagi sang ayah kecewa dengan si anak.
Dalam ilustrasi kedua ini sang Ayah sudah memiliki tujuan tetapi tidak spesifik atau tidak operasional, tidak jelas atau masih umum atau masih banyak penafsiran.
Dari kedua ilustrasi di atas perilaku sang anak tidak bisa dianggap salah atau keliru tetapi perumusan tujuan yang keliru atau tidak jelas.
Bagaimana tujuan yang baik itu?
Tujuan yang baik itu tentunya mengandung satu perilaku yang dapat diukur, mengandung audience, behavior, conditioining, dan degree (ABCD).
Menurut Rudi Susilana, dan Cepi Riyana (2008) dalam merumuskan tujuan memiliki ketentuan sebagai berikut :
a. Leaner Oriented, yaitu berpusat pada perilaku siswa maka kata yang digunakan harus ekplisit. Dan perilaku yang diharapkan harus mungkin dapat dilakukan siswa.
Contoh :
Setelah melakukan diskusi kelompok siswa kelas 12 dapat menafsirkan makna yang terkandung dalam pasal 1 kode etik jurnalistik.
b. Operasional, adalah rumusan tujuan harus dibuat secara spesifik dan operasional sehingga mudah mengukur tingkat keberhasilannya maka dalam hal ini tidak lain adalah menggunakan KKO Bloom dan Anderson.
Contoh kata yang bersifat umum :
Setelah menyimak penjelasan guru siswa kelas 12 dapat memahami cara membuat berita berdasarkan rumus 5w + 1h. Kata “Memahami” masih umum maka harus di operasionalkan menjadi “membuat berita tentang …..”, atau “menysusun sebuah berita tentang ….”.
Contoh yang bersifat spesifik :
Setelah mengkaji buku sumber siswa kelas 12 dapat mengemukakan contoh pengamalan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam kehidupan bermasyarakat.
c. Formula ABCD (Audience, Behaviour, Conditioning, Degree), menurut Baker (1971) yang dikutip dari Rudi Susilana, dan Cepi Riyana (2008) tujuan pembelajaran yang baik harus mengandung audience, behavior, conditioning, dan degree. Formula ABCD ini dalam pembuatan tujuan selalu dimulai dari C, A, B, D, memang seperti itu, seperti contoh berikut ini :
Misalnya: Siswa kelas V MI, Kelas IX MTs, Kelas XII MA, dan lainnya.
Behaviour, adalah perilaku spesifik yang diharapkan dilakukan atau dimunculkan siswa setelah pembelajaran berlangsung. Behaviour ini dirumuskan dalam bentuk kata kerja operasional. Misalnya: Merinci, Membedakan, Mengidentifikasi, Mengklasifikasikan, dan lainnya.
Conditioning, yaitu keadaan yang harus dipenuhi atau dikerjakan siswa pada saat dilakukan pembelajaran. Misalnya: Dengan cara mengamati, Dengan berdiskusi, Dengan menyimak penjelasan guru, Dengan membaca buku sumber, Dengan menggunakan kamus, Dengan menggunakan internet, dan lainnya.
Degree, adalah batas minimal tingkat keberhasilan terendah yang harus dipenuhi dalam mencapai perilaku yang diharapkan. Penentuan ini tergantung jenis materi, dan penting tidaknya materi. Misalnya: 3 contoh, 4 jenis, minimal 4 macam, dan lainnya.
Berikut adalah beberapa contoh :
1. “Setelah mengkaji berbagai sumber belajar, siswa kelas XII MA dapat menguraikan kembali proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara”
Audience adalah siswa kls 12, Behaviour adalah menguraikan, Conditioning adalah mengkaji beberapa buku sumber, Degree adalah proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara.
2. “Setelah mengamati tayangan video, siswa kelas VII MTs dapat menjelaskan proses metamorfosis kupu-kupu”
Audience adalah siswa kelas 7, Behaviour adalah menjelaskan, conditioning adalah mengamati video, Degree adalah proses metamotphosis Kupu-kupu
3. “Setelah mengamati Peta Wilayah Indonesia, siswa kelas III MI dapat menyebutkan 5 pulau besar di Indonesia”
Audience adalah siswa kelas 3. audience adalah menyebutkan, conditioning adalah mengamati peta wilayah Indonesia, Degrre adalah 5 pulau besar di Indonesia.
Berikut juga tutorial yang dapat anda ikuti lebih praktis :
Tidak ada komentar:
Write comment