24 Mar 2022

Sekolah Penggerak Terapkan Pembelajaran Berbasis Proyek dari Kurikulum Prototipe

 

Kurikulum penggerak

Kurikulum Prototipe sudah diterapkan pada 2.500 satuan pendidikan yang tergabung dalam program Sekolah Penggerak dan SMK Pusat Keunggulan pada tahun 2021. Pelaksana Tugas Kepala Pusat Perbukuan Kemendikbudristek, Supriyatno, mengatakan salah satu karakteristik Kurikulum Prototipe adalah menerapkan pembelajaran berbasis proyek (pembelajaran berbasis proyek) untuk mendukung pengembangan karakter sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila. Dalam implementasi Kurikulum Prototipe, sekolah diberikan keleluasaan dan kemerdekaan untuk memberikan proyek-proyek pembelajaran yang relevan dan dekat dengan lingkungan sekolah.

Supriyatno menuturkan, pembelajaran berbasis proyek dianggap penting untuk pengembangan karakter siswa karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar melalui pengalaman (experiental learning). “Mereka mengalami sendiri bagaimana bertoleransi, bekerja sama, saling menjaga, dan lain-lain, juga mengintegrasikan kompetensi esensial dari berbagai disiplin ilmu,” kata Supriyatno dalam Kegiatan Sosialisasi Kurikulum dalam rangka Pembelajaran di Kantor Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Bengkulu, Senin (17/1/2022).

Salah satu Sekolah Penggerak yang sudah menerapkan pembelajaran berbasis proyek yaitu SMP Negeri 30 Bengkulu Selatan. Pada semester satu tahun 2021/2022 yang lalu, SMPN 30 Bengkulu Selatan telah melaksanakan dua proyek terkait pembentukan karakter dalam Profil Pelajar Pancasila. Kepala SMPN 30 Bengkulu Selatan, Erma, mengatakan salah satu perbedaan yang nyata antara Kurikulum 2013 dengan Kurikulum Prototipe adalah durasi jam pembelajaran. Jadi berapa persen dari beban mengajar satu mata pelajaran harus dilaksanakan proyek Profil Pelajar Pancasila. Dalam satu semester di dalam program kami, proyek Profil Pelajar Pancasila ini sudah kami laksanakan dua kali, yaitu Suara Demokrasi dan Bhinneka Tunggal Ika,” ujar Erma yang hadir dalam kegiatan sosialisasi kurikulum di Kantor LPMP Bengkulu.

Suara Demokrasi merupakan pembelajaran berbasis proyek pemilihan dan pembentukan pengurus OSIS baru di SMPN 30 Bengkulu Selatan. Tujuan proyek ini adalah susunan OSIS yang baru berdasarkan pada proses demokrasi yang berlangsung di sekolah sebagai bagian dari Profil Pelajar Pancasila. Sebagai proyek pertama dari pembelajaran berbasis proyek di SMPN 30 Bengkulu Selatan, Suara diselenggarakan secara meriah dengan dukungan penuh dari guru dan siswa, “Jadi memang kami laksanakan dengan meriah agar terlihat ada sesuatu yang baru dari kurikulum Sekolah Penggerak. Kami juga buat tenda. Jadi anak-anak antusias untuk proyek,” kata Erma.

Ia menuturkan, hal yang paling berkesan bagi siswa dalam Mengikuti Kurikulum Prototipe adalah pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek. “Jadi untuk sistem pembelajaran atau metode kurikulum yang diterapkan pada Sekolah Penggerak, memang anak-anak belum paham. Tapi yang nampak dan bikin anak-anak antusias adalah hal-hal baik dalam pembelajaran berbasis proyek,” tutur Erma.

Proyek kedua yang sudah dilaksanakan SMPN 30 Bengkulu Selatan adalah Bhinneka Tunggal Ika. Proyek ini berupa pembelajaran di luar ruang kelas dengan melibatkan siswa dalam permainan-permainan. Erma mengatakan, permainan tersebut bertujuan untuk tanpa ide para siswa sehingga tercapai tujuan bersama yang diinginkan. Jadi guru-guru yang tergabung dalam kolaborasi proyek membuat suatu permainan yang membangkitkan rasa kebersamaan, bahwa kita berbeda tapi kita bersama-sama. Saya perhatikan permainan tali temali, atau membuat menara, anak-anak sangat antusias,” katanya. Nilai-nilai yang ditekankan dalam proyek Bhinneka Tunggal Ika antara lain perbedaan, kerja sama, dan penghargaan berkolaborasi untuk mencapai tujuan tersebut.

Erma mengakui adanya keleluasaan yang diberikan oleh tim kurikulum dari pusat agar ia dan guru-guru bisa merancang proyek hingga bisa dilaksanakan. Melalui rapat dewan guru, SMPN 30 Bengkulu Selatan menyepakati bahwa dalam kurikulum operasional satuan pendidikan, pembelajaran berbasis proyek diberikan waktu khusus. “Kami ambil dalam satu tahun ini ada tiga proyek. Di semester 1 ada dua proyek. Kami beri waktu 10 hari untuk proyek Suara Demokrasi dan 10 hari untuk proyek Bhinneka Tunggal Ika,” ujar Erma.

Ia juga mengapresiasi pemerintah yang telah memberikan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sehingga dapat mendanai pengembangan kompetensi para guru, baik pada saat pengungkitan Pelaksanaan (RPP) maupun pembuatan modul. Dana BOS Kinerja digunakan untuk mengadakan pelatihan bagi guru, termasuk pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Bengkulu, Sehmi, menyambut baik Kurikulum Prototipe yang memberikan keleluasaan pada guru untuk melakukan inovasi pembelajaran. Menurutnya, dengan situasi dan kondisi pandemi seperti saat ini, banyak aspek dalam kehidupan yang telah berubah, seperti SDM, sarana dan prasarana, serta aspek sosial lainnya, termasuk pendidikan. “Salah satu strategi yang paling jitu dalam pembelajaran adalah menyesuaikan dengan situasi dan kondisi. Situasi dan kondisi itu ada di kurikulum tingkat satuan pendidikan masing-masing. Artinya memainkan peran dengan situasi itu adalah manajemen sekolah,” ujar Sehmi di sela-sela kegiatan sosialisasi kurikulum di Kantor LPMP Bengkulu.

Ia menjelaskan, selain kepala sekolah, pelaksana manajemen sekolah adalah guru, sehingga guru harus pandai melakukan inovasi untuk mencapai target-target pembelajaran. “Saya melihat dalam Kurikulum Prototipe itu ada ruang yang diberikan dari pemikir-pemikir kurikulum untuk memberikan keleluasaan inovasi bagi guru. Artinya potensi ini harus dimanfaatkan. Undang-undang pendidikan kita kan tetap, lalu dasar pendidikannya juga tetap, dan hasil yang ingin dicapai tetap. Tapi yang berubah kan strategi. Maka dari itu strateginya tergantung di belakang senjata, yaitu tergantung gurunya,” katanya.

Dinas Pendidikan Kota Bengkulu, lanjutnya, sering melakukan refleksi dan aksi dengan para pemangku kepentingan di bidang pendidikan. Untuk guru SD, ia harus melakukan analisis pembelajaran setiap tematik, sedangkan untuk guru SMP harus melakukan setiap kompetensi dasar. “Saya tidak mau melihat ada hasil yang tidak dilakukan dengan analisis. Kalau guru belum sampai kompetensi, maka harus melakukan perbaikan. Kalau sudah memenuhi kompetensi, maka harus dilakukan pengayaan. Dan itu harus dilakukan dengan aksi-refleksi, aksi-refleksi sampai target maksimal kita tercapai,” tegasnya.

Sumber : https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2022/01/sekolah-penggerak-terapkan-pembelajaran-berbasis-proyek-dari-kurikulum-prototipe

Show comments
Hide comments
Tidak ada komentar:
Write comment

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Back to Top